Jumat, 14 Agustus 2015

Mekanisme Peran Streptococcus lactis dalam Olahan Makanan



 Mekanisme Peran Streptococcus lactis dalam Olahan Makanan
Oleh:
Ukfa Nur Udin
E-mail: udien6661@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Keju merupakan hasil fermentasi oleh bantuan bakteri Streptococus lactis.

Abstrak:
Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan, dan keracunan makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia. Salah satu jenis bakteri yang sangat bermanfaat yaitu bakteri Streptococcus lactis. Bakteri tersebut dapat berperan dalam proses fermentasi olahan makanan seperti keju, mentega, susu, dan kecap. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang: mikrobiologi pangan, keuntungan dan kerugian mikroba, ciri-ciri bakteri Streptococcus lactis, peranan bakteri Streptococcus lactis pada olahan makanan, dan kajian religius mengenai penggunaan bakteri Streptococcus lactis terhadap olahan makanan seperti keju dan mentega dalam membantu proses fermentasinya.
Streptococcus lactis adalah salah satu mikroorganisme yang menguntungan. Karena mikroba tersebut mampu membantu pekerjaan manusia dalam membuat olahan makanan. Mikroba Streptococcus lactis mampu membantu dalam proses fermentasi olahan makanan, seperti keju, mentega, kecap, dan susu. Tetapi mikroba Streptococcus lactis dapat merugikan jika dalam penggunaannya tidak sesuai aturan. Misalnya jika dalam pemakaian Streptococcus lactis tidak sesuai aturan atau berlebihan, maka akan terjadi kerugian. Karena produk yang dibuat akan berubah menjadi beracun dan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.

Kata kunci: Mikrobiologi Pangan, Keju, Mentega, dan Streptococcus lactis.

A.      Pendahuluan
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, mentega, dan berbagai makanan lain termasuk kecap. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan.
Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan, dan keracunan makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia. Banyak sekali produk makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan/memanfaatkan aktivitas mikroorganisme, seperti keju, mentega, kecap, roti, tape, tempe, anggur, bir, dan sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat bermanfaat untuk produksi makanan dan minuman namun demikian pada sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan. Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga merupakan media kultur yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Makanan dapat menjadi terawetkan melalui fermentasi atau mengalami kerusakan bergantung pada kehadiran mikroorganisme dan kondisi penyimpanan.
Mikroorganisme dapat digunakan untuk mengubah bahan baku makanan menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti anggur, mentega, keju, saus, kecap, dan bir. Makanan juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme yang menimbulkan kerusakan makanan merupakan bagian yang penting dari mikrobiologi makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan dari produsen hingga ke konsumen akhir.
Streptococcus lactis adalah salah satu mikroorganisme yang menguntungkan, karena sangat bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pada bidang pangan. Streptococcus lactis dapat bermanfaat dalam fermentasi makanan seperti keju dan mentega. Ternyata sejenis olahan makanan yang terkenal seperti keju dan mentega, proses fermentasinya harus dibantu dengan bakteri seperti Streptococcus lactis.
Pada artikel ini akan dibahas tentang mikrobiologi pangan, keuntungan dan kerugian mikroba, ciri-ciri bakteri Streptococcus lactis, peranan bakteri Streptococcus lactis pada olahan makanan, dan kajian religius mengenai penggunaan bakteri Streptococcus lactis terhadap olahan makanan seperti keju dan mentega dalam membantu proses fermentasinya.

B.       Pembahasan
1.        Mikrobiologi Pangan
Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikrobe. Mikrobe juga dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atai minya yang berbau tengik. Keberadaan mikrobe pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikrobe mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Mikrobe dapat juga menguntungkan, misalnya menghasilkan produk-produk makanan khusus (Waluyo, 2004).
Menurut Waluyo (2004), ada beberapa alasan mengapa mikrobe penting dalam bahan makanan, adalah adanya mikrobe, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan tingkat mutu bahan makanan; mikrobe dapat mebgakibatkan kerusakan pangan; beberapa mikrobe digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus; mikrobe dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan; dan beberapa penyakit dapat berasal dari makanan.
Kandungan mikroba pada suatu spesimen pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetan (Waluyo, 2004). Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia.
Banyak sekali produk makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan atau memanfaatkan aktivitas mikroorganisme, seperti roti, tape, tempe, anggur, bir dan sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat bermanfaat untuk produksi makanan dan minuman namun demikian pada sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan. Makanan dapat menjadi media untuk membantu penyebaran berbagai jenis penyakit. Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga merupakan media kultur yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Makanan dapat menjadi terawetkan melalui fermentasi atau mengalami kerusakan bergantung pada kehadiran mikroorganisme dan kondisi penyimpanan (Fardiaz, 1992). 
Mikroorganisme dapat digunakan untuk mengubah bahan baku makanan menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti anggur, keju, saus dan bir. Makanan juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme yang menimbulkan kerusakan makanan merupakan bagian yang penting dari mikrobiologi makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan dari produsen hingga ke konsumen akhir.
Mikrorganisme dapat menyebabkan penyakit melalui 2 cara ketika memakan makanan yang terkontaminasi. Seseorang dapat terinfeksi melalui patogen berperantara makanan, kemudian tumbuh dalam tubuh yang bersangkutan. Pada kasus yang lain, komponen toksik dibentuk ketika mikroorganisme tumbuh dalam makanan sebelum dicerna dengan memperlihatkan gejala-gejala penyakit setelah dikonsumsi. Kontaminasi oleh mikroorganisme penyebab penyakit dapat terjadi pada saat tertentu ketika pengolahan makanan.

2.        Keuntungan dan Kerugian Mikroba
Kehadiran mikroba pada bahan pangan dapat mendatangkan keuntungan dan dapat pula mendatangkan kerugian. Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan pangan akibat kehadirannya baik secara langsung maupun tidak langsung mendatangkan keuntungan. Berbagai jenis makanan hasil fermentasi, seperti keju dan mentega telah dikenal lama dan melengkapi menu makanan sehari-hari. Makanan tersebut diolah dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba seperti Streptococcus lactis. Proses fermentasi merupakan proses unik yang dilakukan oleh mikroba yakni cepat, murah, amat hemat energi, dan nilai organoleptik rata-rata sesuai dengan selera. Selain itu, mikroba juga berperan dalam peningkatan nilai gizimakanan, pengadaan bau dan rasa pada makanan, dan dalam perubahan warna pada makanan.
Mikroba dalam makanan mendatangkan kerugian apabila kehadirannya merubah nilai organoeleptik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat atau volume, menurunkan nilai gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta menghasikan racun atau toksin yang membahayakan. Oleh karena itu, sejak bahan baku, selama proses, selama penyimpanan harus selalu diusahakan untuk tidak dikenali mikroba-mikroba yang jahat atau yang merugikan. Kerusakan yang paling umum terjadi pada bahan makanan adalah pembusukan.

3.        Ciri-ciri Streptococcus lactis
Streptococcus lactis merupakan bakteri yang biasanya berkembang biak di tempat pemerahan susu sapi. Bermanfaat dalam kadar yang sesuai untuk fermentasi susu. Namun jika jumlahnya terlalu banyak dapat merugikan karena membuat susu menjadi asam dan tidak dapat di konsumsi manusia.
Streptococci baik yang sapropit maupun parasit terdapat dalam susu, karena merupakan lingkungan alami yang sesuai. Dalam susu terdapat sumber karbohidrat, protein, vitamin, lemak , dan mineral yang dibutuhkan untuk hidup bakteri. Di alam yang merupakan reservoar Streptococci adalah dalam tumbuhan hijau, karena produksi susu ber-kaitan dengan penggunaan hijauan maka kontaminasi Streptococci pada susu banyak terjadi terutama pada proses pemerahan dengan tangan. Karena sering terdapat dalam susu, Streptococci merupakan genus pertama dari mikroorganisme yang mendapat perhatian dan diteliti para bacteriologist.
Dari hasil-hasil penelitian, isolat Streptococci dikelompokan kedalam empat grup yaitu Pyogenic, Viridans, Enterococcus dan Lactic. Kemampuan Streptococcus lactis dalam memfermentasi lactosa dan menghasilkan asam, menjadikannya berperan penting dalam fermentasi pangan terutama produk susu (Thompson, 1979).
Pada pembuatan keju berfungsi untuk memadatkan dan menstabilkan dadih dengan menggumpalkan protein. Streptococcus lactis menghambat pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan dan bakteri patogen dengan menurunkan pH, selain itu berperan dalam tekstur dan aroma khas dalam beberapa produk. Pada bidang rekayasa genetik, bakteri asam laktat memungkinkan untuk berperan penting dalam berbagai aplikasi, diantaranya pembuatan vaksin, hormon, cloning, menghasilkan anti bodi spesifik untuk melawan sel kanker, meningkatkan produksi antibiotik dan memproduksi feed aditif untuk ternak dalam jumlah besar. Karakteristik Streptococcus lactis diantaranya adalah dapat tumbuh pada pH 9.2, temperatur optimum 30oC namun masih dapat tumbuh pada 40oC serta tumbuh pada media yang mengandung 4% NaCl (Rahmat, 2010).
           
4.        Peranan Streptococcus lactis terhadap olahan makanan
Bakteri pada umumnya adalah heterotrof. Namun, ada juga bakteri yang autotrof, seperti bakteri kemosintetik. Bakteri ini mendapat energi melalui reaksi kombinasi oksigen dengan molekul anorganik, seperti sulfur, nitrit, atau ammonia(Maloney, 1977).
Beberapa bakteri juga memiliki kemampuan untuk memecah selulosa, komponen utama pembentuk dinding sel tumbuhan. Terdapat bakteri yang memiliki simbiosis (hubungan hidup bersama) dengan mamalia ruminansia (memamah biak, seperti sapi, kambing, domba). Bakteri ini hidup di saluran pencernaan hewan memamah biak dan membantu mencerna makanan berserat seperti rerumputan yang tidak dapat dicerna sendiri oleh hewan tersebut. Simbiosis bakteri ini juga terdapat di dalam pencernaan Anda. Bakteri Streptococcus lactis menguraikan makanan yang tidak dapat tercerna dan mensintesis vitamin seperti vitamin K dan B12 (Poolman, dkk. 1987).
Jenis bakteri streptococcus yang biasanya digunakan dalam makanan adalah Streptococcus lactis. Bakteri ini berperan dalam pembuatan mentega, keju dan yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, bakteri Streptococcus bekerjasama dengan bakteri Lactobacillus. Bakteri Lactobacillus berperan dalam pembentukan aroma yoghurt, sedangkan bakteri Streptococcus lactis berperan dalam pembentukan rasa yoghurt.
Pada pembuatan mentega dan keju, bakteri Streptococcus lactis diperlukan untuk menghasilkan asam laktat. Pada pembuatan keju, asam laktat dapat menghasilkan gumpalan susu berbentuk seperti tahu. Gumpalan ini kemudian dipadatkan dan diberi garam. Garam berfungsi untuk mempercepat proses pengeringan, penambah rasa dan pengawet. keju diperam untuk dimatangkan selama sekitar 4 minggu. Selama proses pemeraman inilah, citarasa dan tekstur dari keju terbentuk.
Pada proses pembuatan keju, memerlukan beberapa langkah, seperti persiapan bakteri starter dan proses pembuatan. Pada saat melakukkan preparasi bakteri starter, semua alat yang akan digunakan harus di terilisasi terlebih dahulu. Tujuan sterilisasi ini adalah untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan selama proses penumbuhan bakteri starter, serta untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada alat yang akan digunakan dalam penumbuhan bakteri starter. Teknik sterilisasi yang digunakan dalah teknik sterilisasi panas lembab yaitu pemansan dengan menggunakan uap air. Salah satu cara sterlisasi panas lembab adalah dengan menggunakan autoclave. Alasan penggunaan sterilisasi panas lembab ini adalah uap jenuh yang ada mampu membunuh semua vegetatif mikroorganisme dalam waktu 0,5 menit. Uap jenuh mampu membunuh spora vegetatif yang tahan terhadap panas tinggi.
Tahap selanjutnya adalah penumbuhan bakteri Streptococcus lactis dalam suatu media. Jenis media yang digunakan adalah media panthothenat broth. Media ini dibuat dari campuran glukosa, natrium asetat dan ekstrak ragi. Adapun fungsi dari bahan tersebut adalah sebagi nutrisi bagi pertumbuhan bakteri. Karena salah satu syarat media dalam penumbuhan bakteri adalah harus ada campuran nutrisi yang dapat menyebabkan bakteri tersebut dapat tumbuh dan membelah secara efektif. Beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain suhu, kelembaban, cahaya, pH dan nutrisi (Poolman, dkk. 1987). Apabila faktor-faktor tersebut memenuhi syarat untuk pertumbuhan bakteri secara optimum, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembangbiak. Setelah bakteri diinkubasi dalam media panthothenat broth, warna cokelat dari media panthothenat broth akan menjadi lebih pekat. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri telah tumbuh dalam media.
Prinsip pembuatan keju adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan mengikutkan 90% lemak susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan mengendapkan protein menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh bakteri
Menurut Daulay (1991), seluruhnya memiliki prinsip dasar yang sama dalam proses pembuatannya, yaitu:
a.    pasteurisasi susu: dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh bakteri pathogen,
b.    pengasaman susu. Tujuannya adalah agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka, atau bakteri Streptococcus lactis. Proses fementasi oleh streptococcus lactis akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) susu menjadi rendah dan rennet efektif bekerja,
c.    penambahan enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah 1:5.000. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam, maka terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 40 derajat celcius, akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey, dan
d.   pematangan keju (ripening). Untuk menghasilkan keju yang berkualitas, dilakukan proses pematangan dengan cara menyimpan keju ini selama periode tertentu. Dalam proses ini, mikroba mengubah komposisi curd, sehingga menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan seperti temperatur dan kelembaban udara di ruang tempat pematangan. Dalam beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung udara sehingga dihasilkan keju yang berlubang-lubang.

Mentega adalah massa bersifat plastis dengan kandungan utamanya lemak susu yang dibuat dari susu yang diperkaya dengan krim. Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa resep roti dan masakan, dan terkadang bahan untuk menggoreng. Pengganti mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan memiliki sedikit lemak dan kolesterol. Kandungan lemaknya berkisar 82-84%, air 14-16%, dan bahan padatan lainnya (bahan lemak). Mentega dipasarkan dalam krim manis (sweet cream butter) atau krim asam (sour cream butter). Perbedaan antara keduanya adalah cara pembuatnnya. Pada pembuatan mentega manis tidak dilakukan penambahan bakteri pembentuk aroma dan pembentuk asam lemak, sedangkan pada mentega asam dilakukan penambahan kedua jenis bakteri tersebut.
Dari segi pembuatannya, mentega merupakan produk paling sederhana dalam kelompoknya. Krim susu dipekatkan dari 30-32% menjadi 30-40% sesuai dengan komposisi produk akhir yang diinginkan. Pangadukan krim ini mengubah emulsi minyak dalam air menjadi tipe air dalam minyak. Pada pembuatan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambah dengan cita rasa tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap santap.
Kedelai merupakan tumbuhan serba guna. Pemanfaatan utama kedelai adalah bijinya. Biji kedelai kaya akan protein dan beberapa gizi penting lainnya seperti vitamin dan lesitin. Olahan kedelai dapat dibuat menjadi tahu, bermacam-macam saus penyedap, tempe, tepung kedelai, minyak kedelai, dan susu kedelai. Susu kedelai dapat dijadikan keju kedelai atau biasa disebut soycheese. Soycheese dapat dibuat secara fermentasi, yaitu salah satu metode bioteknologi konvensional dengan menggunakan bakteri asam laknat seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis (Kurniawan, dkk: 2007).
Selain membantu dalam proses fermentasi susu, keju dan mentega, bakteri Streptococcus lactis juga berperan dalam proses fermentasi produk kecap. Pada proses pembuatan kecap ikan Lele ini mempunyai prinsip yang sama dalam pembuatan kecap dari kedelai, yaitu menguraikan protein dalam bahan baku menjadi asam amino. Pada pembuatan kecap dari ikan Lele ini meliputi 2 tahap, dimana kedua tahap tersebut adalah hidrolisa enzimatis dengan bantuan enzim bromelin yang diperoleh dari buah nanas dan fermentasi larutan garam dengan menggunakan bakteri asam laktat Streptococus lactis (Kurniawan, 2008).
Salah satu dari bantuan fermentasi produk susu adalah kefir. Kefir, sebagai asal minuman susu fermentasi sangat tua dan tanggal kembali ke
domestikasi mamalia tertentu seperti sapi, kambing dan domba. Hal ini aman untuk berasumsi bahwa jenis pertama dari produk yang dibuat secara tidak sengaja oleh fermentasi susu, yang disimpan pada suhu kamar. Karena variasi dalam kondisi iklim dan lingkungan di berbagai bagian dunia, strain tertentu mikroorganisme menjadi dominan dalam produk ini dan, sebagai Akibatnya, tipe tertentu dari fermentasi berkembang dan menjadi berbeda dengan yang diberikan wilayah. Dengan demikian, kefir merupakan salah satu minuman fermentasi susu  tertua, dan teknologi produksi dan penggunaan tertentu kultur starter telah dikembangkan selama berabad-abad (Kaewprasert dan Poosaran, 2009).

5.        Kajian Religius
Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun makhluk yang sangat kecil, tetapi mikroorganisme memilki peranan penting bagi manusia terutama untuk meningkatkan produk pangan. Sebagaimana dengan firman Allah dalam :
a.       Al-Furqon (25) : ayat 2
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Maksud dari ayat tersebut ialah: Segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat, dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
b.      Al-Maaidah (5) : ayat 87
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Maksud dari ayat tersebut ialah : makanlah yang halal dan jangan sampai melampui batas, jika sampai melampui batas kita akan mengalami kerugian bagi tubuh kita sendiri.
c.       Al-Baqarah (2) : ayat 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Maksud dari ayat tersebut ialah : makanlah yang halal dan jangan sampai melampui batas, jika sampai melampui batas kita akan mengalami kerugian bagi tubuh kita sendiri tetapi tidak ada dosa bagi kita, asalkan jangan makan makanan yang haram seperti bangkai dan daging babi.

C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Streptococcus lactis memang sangat bermanfaat untuk manusia terutama pada bahan pangan. Bakteri Streptococcus lactis dapat berperan mengguntungkan, karena bakteri tersebut dapat membantu proses fementasi pada olahan makanan seperti keju, mentega, susu, dan kecap. Tentunya proses fermentasinya tidak dilakukan sendiri oleh bakteri Streptococcus lactis. Karena semuanya butuh proses yang lebh teliti. Jika tidak teliti, maka olahan makanan dapat terkontaminasi oelh bakteri jahat dan dapat merugikan, karena olahan makanan akan rusak atau membusuk, bahkan beracun.
2.      Saran
Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini. Ketika memakai bakteri Streptococcus lactis harus melakukannya dengan cara yang steril dan sesuai aturan. Jangan sampai berlebihan memakai bakteri tersebut, karena dapat mengakibatkan keracunan dan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.



Daftar Pustaka
Daulay. D 1991. Fermentasi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.


Fahdiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gamedia Pustaka.


Kaewprasert, Pongpakorn and Poosaran, Naiyatat. 2009. Production of Kefir Like Product from Mixed Cultures of Saccharomyces cerevisiae, Streptococcus cremoris, and Streptococcus lactis. Asian Journal of Food and Agro-Industri. Vol. 3. No. 1. ISSN: 1906-2040. Chiang Mai: Department of Biotechnology, Faculty of Agro-Industri, Chiang Mai University.


Kurniawan, Ronny. 2008. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu Fermentasi Terhadap Kwalitas Kecap Ikan Lele. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 No. 2. Bandung: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional.


Kurniawan, Ronny; Wulan, Sandra; dan Pranata , Agung Surya. 2007. Pembuatan Keju dari Kedelai (Soycheese) Secara Batch Mengggunakan Bioreaktor Tangki Pengaduk. Seminar Tjipto Utomo. ISSN: 16993-17350. Bandung: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional.


Maloney, Peter. C. 1977. Obligatory Coupling Between Proton Entry and the Synthesis of Adenosine 5’-Triphosphat in Streptococcus lactis. Journal of Bacteriology. Vol 132. No2. ISSN: 546-575. Maryland: Department of Physiology, The John Hopkins University School of Medicine.


Poolman, Bert; Nijssen, Rick, M. J; and Konings, W. N. 1987. Dependence of Streptococcus lactis Phosphate Transport on Internal Phosphate Concentration and Internal pH. Journal of Bacteriology. Vol. 169. No. 12. ISSN: 5373-5378. Groningen: Department of Microbiology, University of Groningen.


Rahmat, Dedi. 2010. Kelenturan Fenotif Bakteri Streptococcus lactis Pada Berbagai Kondisi Lingkungan. Bandung: Fakultas Peternakan, Universitas Negeri Padjajaran.


Thompson, John. 1979. Lactose Metabolism in Streptococcus lactis: Phosphorylation of Galactose and Glucose Moieties In Vivo. Journal of Bacteriology. Vol. 140. No. 03. ISSN: 774-785. Palmerston North: New Zealand Dairy Research Institute.


Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.



 Bentuk Dokumen/Ms. Word:
 https://www.academia.edu/14918623/Mekanisme_Peran_Streptococcus_lactis_dalam_Olahan_Makanan

0 komentar:

Posting Komentar