Mekanisme Peran Streptococcus lactis dalam Olahan Makanan
Oleh:
Ukfa Nur Udin
E-mail: udien6661@gmail.com
Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Biologi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Malang
Abstrak:
Mikrobiologi
pangan merupakan salah satu
disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran mikroorganisme
dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan, dan keracunan makanan serta
peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia. Salah satu
jenis bakteri yang sangat bermanfaat yaitu bakteri Streptococcus lactis. Bakteri tersebut dapat berperan dalam proses
fermentasi olahan makanan seperti keju, mentega, susu, dan kecap. Dalam tulisan
ini akan dibahas tentang:
mikrobiologi pangan, keuntungan dan kerugian mikroba, ciri-ciri bakteri Streptococcus lactis, peranan bakteri Streptococcus lactis pada olahan makanan, dan kajian religius mengenai
penggunaan bakteri Streptococcus lactis
terhadap olahan makanan seperti keju dan mentega dalam membantu proses
fermentasinya.
Streptococcus
lactis adalah salah
satu mikroorganisme yang menguntungan. Karena mikroba tersebut mampu membantu
pekerjaan manusia dalam membuat olahan makanan. Mikroba Streptococcus lactis mampu membantu dalam proses fermentasi olahan
makanan, seperti keju, mentega, kecap, dan susu. Tetapi mikroba Streptococcus lactis dapat merugikan
jika dalam penggunaannya tidak sesuai aturan. Misalnya jika dalam pemakaian Streptococcus lactis tidak sesuai aturan
atau berlebihan, maka akan terjadi kerugian. Karena produk yang dibuat akan
berubah menjadi beracun dan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.
Kata
kunci: Mikrobiologi Pangan, Keju, Mentega, dan Streptococcus lactis.
A.
Pendahuluan
Mikroorganisme atau
mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan
pangan menjadi bentuk lain. Proses yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya
melalui fermentasi, seperti keju, mentega, dan berbagai makanan lain termasuk
kecap. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan
makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan
cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi
pembuatan makanan.
Mikrobiologi pangan merupakan salah
satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran
mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan, dan keracunan
makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia.
Banyak sekali produk makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan/memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme, seperti keju, mentega, kecap, roti, tape, tempe,
anggur, bir, dan sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat bermanfaat
untuk produksi makanan dan minuman namun demikian pada sisi lain mikroorganisme
juga yang menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan. Makanan tidak hanya
bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga merupakan media kultur yang ideal
untuk pertumbuhan mikroorganisme. Makanan dapat menjadi terawetkan melalui
fermentasi atau mengalami kerusakan bergantung pada kehadiran mikroorganisme
dan kondisi penyimpanan.
Mikroorganisme dapat digunakan untuk
mengubah bahan baku makanan menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti
anggur, mentega, keju, saus, kecap, dan bir. Makanan juga dapat berperan
sebagai media penularan penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme
yang menimbulkan kerusakan makanan merupakan bagian yang penting dari
mikrobiologi makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan
dari produsen hingga ke konsumen akhir.
Streptococcus
lactis adalah salah satu mikroorganisme yang menguntungkan,
karena sangat bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pada bidang
pangan. Streptococcus lactis dapat
bermanfaat dalam fermentasi makanan seperti keju dan mentega. Ternyata sejenis
olahan makanan yang terkenal seperti keju dan mentega, proses fermentasinya
harus dibantu dengan bakteri seperti Streptococcus
lactis.
Pada artikel ini akan
dibahas tentang mikrobiologi pangan, keuntungan dan kerugian mikroba, ciri-ciri
bakteri Streptococcus lactis, peranan
bakteri Streptococcus lactis pada
olahan makanan, dan kajian religius mengenai
penggunaan bakteri Streptococcus lactis
terhadap olahan makanan seperti keju dan mentega dalam membantu proses
fermentasinya.
B.
Pembahasan
1.
Mikrobiologi Pangan
Bahan
makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan
makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikrobe.
Mikrobe juga dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan
menjadikan lemak atai minya yang berbau tengik. Keberadaan mikrobe pada makanan
ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikrobe mengakibatkan kerusakan
pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Mikrobe dapat juga
menguntungkan, misalnya menghasilkan produk-produk makanan khusus (Waluyo,
2004).
Menurut
Waluyo (2004), ada beberapa alasan mengapa mikrobe penting dalam bahan makanan,
adalah adanya mikrobe, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan tingkat
mutu bahan makanan; mikrobe dapat mebgakibatkan kerusakan pangan; beberapa
mikrobe digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus; mikrobe dapat
digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan; dan
beberapa penyakit dapat berasal dari makanan.
Kandungan
mikroba pada suatu spesimen pangan dapat memberikan keterangan yang
mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan
tersebut, serta keefektifan metode pengawetan (Waluyo, 2004). Mikrobiologi
pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji
tentang peran mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan dan
keracunan makanan serta peran mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan
manusia.
Banyak sekali produk
makanan dan minuman yang diproduksi melibatkan atau memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme, seperti roti, tape, tempe, anggur, bir dan sebagainya. Di satu
sisi mikroorganisme sangat bermanfaat untuk produksi makanan dan minuman namun
demikian pada sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan dan
keracunan makanan. Makanan dapat menjadi media untuk membantu penyebaran
berbagai jenis penyakit. Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia
tetapi juga merupakan media kultur yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Makanan dapat menjadi terawetkan melalui fermentasi atau mengalami kerusakan
bergantung pada kehadiran mikroorganisme dan kondisi penyimpanan (Fardiaz,
1992).
Mikroorganisme dapat digunakan untuk
mengubah bahan baku makanan menjadi produk-produk yang bermanfaat, seperti
anggur, keju, saus dan bir. Makanan juga dapat berperan sebagai media penularan
penyakit, deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme yang menimbulkan kerusakan
makanan merupakan bagian yang penting dari mikrobiologi makanan. Mikroorganisme
mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan dari produsen hingga ke konsumen
akhir.
Mikrorganisme dapat menyebabkan
penyakit melalui 2 cara ketika memakan makanan yang terkontaminasi. Seseorang
dapat terinfeksi melalui patogen berperantara makanan, kemudian tumbuh dalam
tubuh yang bersangkutan. Pada kasus yang lain, komponen toksik dibentuk ketika
mikroorganisme tumbuh dalam makanan sebelum dicerna dengan memperlihatkan
gejala-gejala penyakit setelah dikonsumsi. Kontaminasi oleh mikroorganisme
penyebab penyakit dapat terjadi pada saat tertentu ketika pengolahan makanan.
2.
Keuntungan dan Kerugian Mikroba
Kehadiran
mikroba pada bahan pangan dapat mendatangkan keuntungan dan dapat pula
mendatangkan kerugian. Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan pangan
akibat kehadirannya baik secara langsung maupun tidak langsung mendatangkan
keuntungan. Berbagai jenis makanan hasil fermentasi, seperti keju dan mentega
telah dikenal lama dan melengkapi menu makanan sehari-hari. Makanan tersebut
diolah dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba seperti Streptococcus lactis. Proses fermentasi
merupakan proses unik yang dilakukan oleh mikroba yakni cepat, murah, amat
hemat energi, dan nilai organoleptik rata-rata sesuai dengan selera. Selain
itu, mikroba juga berperan dalam peningkatan nilai gizimakanan, pengadaan bau
dan rasa pada makanan, dan dalam perubahan warna pada makanan.
Mikroba
dalam makanan mendatangkan kerugian apabila kehadirannya merubah nilai
organoeleptik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat atau volume, menurunkan
nilai gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta menghasikan racun atau
toksin yang membahayakan. Oleh karena itu, sejak bahan baku, selama proses,
selama penyimpanan harus selalu diusahakan untuk tidak dikenali mikroba-mikroba
yang jahat atau yang merugikan. Kerusakan yang paling umum terjadi pada bahan
makanan adalah pembusukan.
3.
Ciri-ciri Streptococcus
lactis
Streptococcus lactis merupakan bakteri yang biasanya berkembang biak di tempat pemerahan susu
sapi. Bermanfaat dalam kadar yang sesuai untuk fermentasi susu. Namun jika jumlahnya
terlalu banyak dapat merugikan karena membuat susu menjadi asam dan tidak dapat
di konsumsi manusia.
Streptococci baik yang sapropit maupun parasit terdapat dalam susu, karena merupakan
lingkungan alami yang sesuai. Dalam susu terdapat sumber karbohidrat, protein,
vitamin, lemak , dan mineral yang dibutuhkan untuk hidup bakteri. Di alam yang
merupakan reservoar Streptococci
adalah dalam tumbuhan hijau, karena produksi susu ber-kaitan dengan penggunaan
hijauan maka kontaminasi Streptococci
pada susu banyak terjadi terutama pada proses pemerahan dengan tangan. Karena
sering terdapat dalam susu, Streptococci
merupakan genus pertama dari mikroorganisme yang mendapat perhatian dan
diteliti para bacteriologist.
Dari hasil-hasil penelitian,
isolat Streptococci dikelompokan
kedalam empat grup yaitu Pyogenic,
Viridans, Enterococcus dan Lactic.
Kemampuan Streptococcus lactis dalam memfermentasi lactosa dan
menghasilkan asam, menjadikannya berperan penting dalam fermentasi pangan
terutama produk susu (Thompson,
1979).
Pada pembuatan keju
berfungsi untuk memadatkan dan menstabilkan dadih dengan menggumpalkan protein.
Streptococcus lactis menghambat pertumbuhan organisme yang tidak
diinginkan dan bakteri patogen dengan menurunkan pH, selain itu berperan dalam
tekstur dan aroma khas dalam beberapa produk. Pada bidang rekayasa genetik,
bakteri asam laktat memungkinkan untuk berperan penting dalam berbagai
aplikasi, diantaranya pembuatan vaksin, hormon, cloning, menghasilkan anti bodi
spesifik untuk melawan sel kanker, meningkatkan produksi antibiotik dan
memproduksi feed aditif untuk ternak dalam jumlah besar. Karakteristik Streptococcus
lactis diantaranya adalah dapat tumbuh pada pH 9.2, temperatur optimum 30oC
namun masih dapat tumbuh pada 40oC serta tumbuh pada media yang mengandung 4%
NaCl (Rahmat, 2010).
4.
Peranan Streptococcus lactis
terhadap olahan makanan
Bakteri pada umumnya adalah heterotrof. Namun, ada juga bakteri
yang autotrof, seperti bakteri kemosintetik. Bakteri ini mendapat energi
melalui reaksi kombinasi oksigen dengan molekul anorganik, seperti sulfur,
nitrit, atau ammonia(Maloney, 1977).
Beberapa bakteri juga memiliki kemampuan untuk memecah
selulosa, komponen utama pembentuk dinding sel tumbuhan. Terdapat bakteri
yang memiliki simbiosis (hubungan hidup bersama) dengan mamalia
ruminansia (memamah biak, seperti sapi, kambing, domba). Bakteri ini hidup
di saluran pencernaan hewan memamah biak dan membantu mencerna
makanan berserat seperti rerumputan yang tidak dapat dicerna sendiri oleh
hewan tersebut. Simbiosis bakteri ini juga terdapat di dalam pencernaan
Anda. Bakteri Streptococcus
lactis menguraikan
makanan yang tidak dapat tercerna dan mensintesis vitamin seperti vitamin
K dan B12 (Poolman, dkk. 1987).
Jenis
bakteri streptococcus yang biasanya digunakan dalam makanan adalah Streptococcus
lactis. Bakteri ini berperan dalam pembuatan mentega, keju dan yoghurt.
Pada pembuatan yoghurt, bakteri Streptococcus bekerjasama
dengan bakteri Lactobacillus. Bakteri Lactobacillus berperan dalam pembentukan aroma yoghurt, sedangkan bakteri Streptococcus
lactis berperan dalam pembentukan rasa yoghurt.
Pada
pembuatan mentega dan keju, bakteri Streptococcus lactis diperlukan
untuk menghasilkan asam laktat. Pada pembuatan keju, asam laktat dapat
menghasilkan gumpalan susu berbentuk seperti tahu. Gumpalan ini kemudian
dipadatkan dan diberi garam. Garam berfungsi untuk mempercepat proses
pengeringan, penambah rasa dan pengawet. keju diperam untuk dimatangkan selama
sekitar 4 minggu. Selama proses pemeraman inilah, citarasa dan tekstur dari
keju terbentuk.
Pada proses pembuatan keju,
memerlukan beberapa langkah, seperti persiapan bakteri starter dan proses pembuatan.
Pada saat melakukkan preparasi bakteri starter, semua alat yang akan digunakan
harus di terilisasi terlebih dahulu. Tujuan sterilisasi ini adalah untuk
mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan selama proses
penumbuhan bakteri starter, serta untuk mematikan semua mikroorganisme yang
terdapat pada alat yang akan digunakan dalam penumbuhan bakteri starter. Teknik
sterilisasi yang digunakan dalah teknik sterilisasi panas lembab yaitu pemansan
dengan menggunakan uap air. Salah satu cara sterlisasi panas lembab adalah
dengan menggunakan autoclave. Alasan penggunaan sterilisasi panas lembab ini
adalah uap jenuh yang ada mampu membunuh semua vegetatif mikroorganisme dalam
waktu 0,5 menit. Uap jenuh mampu membunuh spora vegetatif yang tahan terhadap
panas tinggi.
Tahap selanjutnya
adalah penumbuhan bakteri Streptococcus lactis dalam suatu media. Jenis media
yang digunakan adalah media panthothenat broth. Media ini dibuat dari campuran
glukosa, natrium asetat dan ekstrak ragi. Adapun fungsi dari bahan tersebut
adalah sebagi nutrisi bagi pertumbuhan bakteri. Karena salah satu syarat media
dalam penumbuhan bakteri adalah harus ada campuran nutrisi yang dapat
menyebabkan bakteri tersebut dapat tumbuh dan membelah secara efektif. Beberapa
faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain suhu,
kelembaban, cahaya, pH dan nutrisi (Poolman, dkk. 1987). Apabila faktor-faktor tersebut memenuhi
syarat untuk pertumbuhan bakteri secara optimum, maka bakteri dapat tumbuh dan
berkembangbiak. Setelah bakteri diinkubasi dalam media panthothenat broth,
warna cokelat dari media panthothenat broth akan menjadi lebih pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri telah tumbuh dalam media.
Prinsip pembuatan keju
adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan mengikutkan 90% lemak
susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan mengendapkan protein
menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh bakteri
Menurut Daulay (1991),
seluruhnya memiliki prinsip dasar yang sama dalam proses pembuatannya, yaitu:
a. pasteurisasi
susu: dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh bakteri pathogen,
b. pengasaman
susu. Tujuannya adalah agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman
dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka, atau bakteri
Streptococcus lactis. Proses fementasi oleh streptococcus lactis akan mengubah
laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) susu
menjadi rendah dan rennet efektif bekerja,
c. penambahan
enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat digunakan dalam
konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah 1:5.000.
Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam, maka
terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 40 derajat celcius,
akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey,
dan
d. pematangan
keju (ripening). Untuk menghasilkan keju yang berkualitas, dilakukan proses
pematangan dengan cara menyimpan keju ini selama periode tertentu. Dalam proses
ini, mikroba mengubah komposisi curd, sehingga menghasilkan keju dengan rasa,
aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan
seperti temperatur dan kelembaban udara di ruang tempat pematangan. Dalam
beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung udara sehingga
dihasilkan keju yang berlubang-lubang.
Mentega
adalah massa bersifat plastis dengan kandungan utamanya lemak susu yang dibuat
dari susu yang diperkaya dengan krim. Biasanya digunakan sebagai olesan roti
dan biskuit, sebagai perantara lemak
di beberapa resep roti dan masakan, dan terkadang bahan untuk menggoreng. Pengganti
mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan
memiliki sedikit lemak dan kolesterol. Kandungan lemaknya
berkisar 82-84%, air 14-16%, dan bahan padatan lainnya (bahan lemak). Mentega
dipasarkan dalam krim manis (sweet cream butter) atau krim asam (sour
cream butter). Perbedaan antara keduanya adalah cara pembuatnnya. Pada
pembuatan mentega manis tidak dilakukan penambahan bakteri pembentuk aroma dan
pembentuk asam lemak, sedangkan pada mentega asam dilakukan penambahan kedua jenis
bakteri tersebut.
Dari segi
pembuatannya, mentega merupakan produk paling sederhana dalam kelompoknya. Krim
susu dipekatkan dari 30-32% menjadi 30-40% sesuai dengan komposisi produk akhir
yang diinginkan. Pangadukan krim ini mengubah emulsi minyak dalam air menjadi
tipe air dalam minyak. Pada pembuatan mentega, mikroorganisme yang digunakan
adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang
membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambah dengan cita rasa
tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega
menghasilkan mentega yang siap santap.
Kedelai merupakan tumbuhan serba guna. Pemanfaatan utama kedelai adalah
bijinya. Biji kedelai kaya akan protein dan beberapa gizi penting lainnya
seperti vitamin dan lesitin. Olahan kedelai dapat dibuat menjadi tahu,
bermacam-macam saus penyedap, tempe, tepung kedelai, minyak kedelai, dan susu
kedelai. Susu kedelai dapat dijadikan keju kedelai atau biasa disebut soycheese. Soycheese dapat dibuat secara fermentasi, yaitu salah satu metode
bioteknologi konvensional dengan menggunakan bakteri asam laknat seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis (Kurniawan, dkk:
2007).
Selain membantu dalam proses
fermentasi susu, keju dan mentega, bakteri Streptococcus
lactis juga berperan dalam proses fermentasi produk kecap. Pada proses
pembuatan kecap ikan Lele ini mempunyai prinsip yang sama dalam pembuatan kecap
dari kedelai, yaitu menguraikan protein dalam bahan baku menjadi asam amino.
Pada pembuatan kecap dari ikan Lele ini meliputi 2 tahap, dimana kedua tahap
tersebut adalah hidrolisa enzimatis dengan bantuan enzim bromelin yang
diperoleh dari buah nanas dan fermentasi larutan garam dengan menggunakan
bakteri asam laktat Streptococus lactis (Kurniawan, 2008).
Salah
satu dari bantuan fermentasi produk susu adalah kefir. Kefir,
sebagai asal minuman susu fermentasi sangat tua dan tanggal kembali ke
domestikasi mamalia tertentu seperti sapi, kambing dan domba. Hal ini aman untuk berasumsi bahwa jenis pertama dari produk yang dibuat secara tidak sengaja oleh fermentasi susu, yang disimpan pada suhu kamar. Karena variasi dalam kondisi iklim dan lingkungan di berbagai bagian dunia, strain tertentu mikroorganisme menjadi dominan dalam produk ini dan, sebagai Akibatnya, tipe tertentu dari fermentasi berkembang dan menjadi berbeda dengan yang diberikan wilayah. Dengan demikian, kefir merupakan salah satu minuman fermentasi susu tertua, dan teknologi produksi dan penggunaan tertentu kultur starter telah dikembangkan selama berabad-abad (Kaewprasert dan Poosaran, 2009).
domestikasi mamalia tertentu seperti sapi, kambing dan domba. Hal ini aman untuk berasumsi bahwa jenis pertama dari produk yang dibuat secara tidak sengaja oleh fermentasi susu, yang disimpan pada suhu kamar. Karena variasi dalam kondisi iklim dan lingkungan di berbagai bagian dunia, strain tertentu mikroorganisme menjadi dominan dalam produk ini dan, sebagai Akibatnya, tipe tertentu dari fermentasi berkembang dan menjadi berbeda dengan yang diberikan wilayah. Dengan demikian, kefir merupakan salah satu minuman fermentasi susu tertua, dan teknologi produksi dan penggunaan tertentu kultur starter telah dikembangkan selama berabad-abad (Kaewprasert dan Poosaran, 2009).
5.
Kajian Religius
Allah menciptakan jasad-jasad renik
di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun makhluk yang
sangat kecil, tetapi mikroorganisme memilki peranan penting bagi manusia
terutama untuk meningkatkan produk pangan. Sebagaimana dengan firman Allah
dalam :
a.
Al-Furqon (25) : ayat 2
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan
Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.”
Maksud dari
ayat tersebut ialah: Segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya
perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri,
sifat-sifat, dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
b.
Al-Maaidah (5) : ayat 87
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
Maksud dari
ayat tersebut ialah : makanlah yang halal dan jangan sampai melampui batas,
jika sampai melampui batas kita akan mengalami kerugian bagi tubuh kita
sendiri.
c.
Al-Baqarah (2) : ayat 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Maksud dari
ayat tersebut ialah : makanlah yang halal dan jangan sampai melampui batas,
jika sampai melampui batas kita akan mengalami kerugian bagi tubuh kita sendiri
tetapi tidak ada dosa bagi kita, asalkan jangan makan makanan yang haram seperti
bangkai dan daging babi.
C. Penutup
1.
Kesimpulan
Streptococcus lactis memang
sangat bermanfaat untuk manusia terutama pada bahan pangan. Bakteri Streptococcus lactis dapat berperan
mengguntungkan, karena bakteri tersebut dapat membantu proses fementasi pada
olahan makanan seperti keju, mentega, susu, dan kecap. Tentunya proses
fermentasinya tidak dilakukan sendiri oleh bakteri Streptococcus lactis. Karena semuanya butuh proses yang lebh
teliti. Jika tidak teliti, maka olahan makanan dapat terkontaminasi oelh
bakteri jahat dan dapat merugikan, karena olahan makanan akan rusak atau
membusuk, bahkan beracun.
2.
Saran
Terdapat
beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini. Ketika memakai
bakteri Streptococcus lactis harus melakukannya dengan cara yang
steril dan sesuai aturan. Jangan sampai berlebihan memakai bakteri tersebut, karena dapat mengakibatkan
keracunan dan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.
Daftar
Pustaka
Daulay. D 1991. Fermentasi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fahdiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta:
Gamedia Pustaka.
Kaewprasert, Pongpakorn and Poosaran,
Naiyatat. 2009. Production of Kefir Like
Product from Mixed Cultures of Saccharomyces cerevisiae, Streptococcus
cremoris, and Streptococcus lactis. Asian Journal of Food and Agro-Industri.
Vol. 3. No. 1. ISSN: 1906-2040. Chiang Mai: Department of Biotechnology,
Faculty of Agro-Industri, Chiang Mai University.
Kurniawan, Ronny. 2008. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kwalitas Kecap Ikan Lele. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 No.
2. Bandung: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Nasional.
Kurniawan, Ronny; Wulan, Sandra; dan
Pranata , Agung Surya. 2007. Pembuatan
Keju dari Kedelai (Soycheese) Secara Batch Mengggunakan Bioreaktor Tangki
Pengaduk. Seminar Tjipto Utomo. ISSN: 16993-17350. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional.
Maloney, Peter. C. 1977. Obligatory Coupling Between Proton Entry and
the Synthesis of Adenosine 5’-Triphosphat in Streptococcus lactis. Journal of
Bacteriology. Vol 132. No2. ISSN: 546-575. Maryland: Department of
Physiology, The John Hopkins University School of Medicine.
Poolman, Bert; Nijssen, Rick, M. J; and
Konings, W. N. 1987. Dependence of
Streptococcus lactis Phosphate Transport on Internal Phosphate Concentration
and Internal pH. Journal of Bacteriology. Vol. 169. No. 12. ISSN: 5373-5378. Groningen:
Department of Microbiology, University of Groningen.
Rahmat, Dedi. 2010. Kelenturan Fenotif Bakteri Streptococcus lactis Pada Berbagai Kondisi
Lingkungan. Bandung: Fakultas Peternakan, Universitas Negeri Padjajaran.
Thompson, John. 1979. Lactose Metabolism in Streptococcus lactis:
Phosphorylation of Galactose and Glucose Moieties In Vivo. Journal of
Bacteriology. Vol. 140. No. 03. ISSN: 774-785. Palmerston North: New
Zealand Dairy Research Institute.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Bentuk Dokumen/Ms. Word:
https://www.academia.edu/14918623/Mekanisme_Peran_Streptococcus_lactis_dalam_Olahan_Makanan
0 komentar:
Posting Komentar